Dibalik Sa Pu Terima Kasihku Guruku

Assalamu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Baku, 4 Juni 2022 | Well, sa di Baku saat sa menulis ini, di kantor Anaste Art Azerbaijan Baku. Oke, langsung to the point. Alhamdulillah, setelah berjibaku selama 4 bulan tertatih-tatih di awal tahun 2022, akhirnya bulan-bulan ini sa bisa bernapas lega. Akhirnya semua kembali semacam dulu. Dan salah satu yang bisa membuat sa bernapas lega adalah sambutan yang hangat pada rilis terbaru sa “Terima Kasihku, Guruku”. Sambutan luar biasa yang sampe buat sa menggelengkan kepala, melihat pesan dari kam, mengenai perasaan cinta dan rindu kam pada guru-guru kam sebagaimana yang sa rasakan sendiri.

Oke, mungkin di postingan kemarin, sa su menyinggung mengenai “Terima Kasihku, Guruku”, tapi cuma sedikit, tra terlalu banyak. Oke, di postingan ini, sa akan menceritakan the untold story dibalik sa mengangkat kembali “Terima Kasihku Guruku” yang komposisi utamanya diciptakan oleh Bapak Sri Widodo. Oke langsung saja.

Tanggal 14 Februari 2022, sa mendengar kabar bahwa salah satu guru sa di Lamongan berpulang. Beliau adalah guru Matematika SMP sa, dan salah satu yang paling berkesan pada hidup sa. Beliau adalah yang dar dulu mendukung berdirinya ANDA CorpLTD, dimana beliaulah salah satu mentor pertama sa. Beliau selalu berpesan dulu: “Di, koen ojo nyerah piye2 sing kedaden. Koen karo Angga iku wis cocok, Bapak yakin koen isok mbanggakno SNEGA iki.” (Diana, ko jang menyerah apapun yang terjadi. Ko deng Angga itu su cocok*, Bapak yakin ko bisa membanggakan SMPN 3 Ngimbang ini.) Beliau, adalah salah satu guru yang terus mendukung langkah-langkah torang di fase-fase awal ANDA. Sampe sa berpisah deng SNEGA, pada akhir Mei 2018. Kalo sa boleh jujur, masa-masa di Lamongan adalah yang paling berkesan dalam hidup sa. Meski kini sa su mendapatkan semua yang sa inginkan, tapi semua terasa kosong tanpa Cinta dari Lamongan. Oke-oke, kembali ke Laptop

Pertengahan Februari itu, sa sendiri yang sangat tertatih-tatih dan tersandung berbagai rintangan hidup, terutama masalah konflik hak master “Indonesia Pusaka” antara sa (ANDA Entertainments Records) deng Sami Yusuf (Andante Records), berharap pada Tuhan semoga ada Cahya yang akan menerangi kembali tong pu jalan. Dan akhirnya awal Maret, sebuah proposal mendarat di meja sa.

Proposal tersebut dari **** (sa tra bisa sebutkan), dan meminta sa untuk mengangkat komposisi “Terima Kasihku” karya Sri Widodo, sa pun setujui proposal tersebut. Setelah tong melakukan re-branding pada ANDA Entertainments Records, yang akhirnya kini menjadi Anaste Records (PT. Timika ANDA Anaste Musik Cipta), baru sa kerjakan. Sa menggarap penulisan ulang komposisi dan aransemen selama 2 malam, karna sa ingin ini menjadi sangat special. Karna juga selain untuk memenuhi proposal tersebut, sa pribadi ingin dedikasikan komposisi ini kepada khususnya Almarhum Pak Sugyarto dan seluruh guru-guru sa di SNEGA dan SMAS Al-Falah, umumnya kepada semua guru-guru yang tanpa lelah mendidik anak-anak bangsa. Sa sendiri mengambil banyak struktur, tapi sesuatu yang mempengaruhi sa adalah komposisi “The Meeting (from “Beyond The Stars)”, ya milik om Yusuf. Memadukan struktur modern, klasik, dan tradisional dalam satu komposisi. Untuk tradisional sa mengambil struktur dari musik tradisional Papua. Tapi sa menghadapi kesulitan, yakni masalah Andante (Tempo nada). Sampe sa memanggil Ryan untuk mendiskusikan masalah Andante ini. De yang memang ahli memainkan Tifa, mengatakan tra perlu menggunakan Andante cepat dan bisa menyesuikan Andantenya. Oke masalah teratasi, Angga menyarankan untuk merekam setiap instrumen terpisah, supaya masing-masih instrumen dapat di enhance deng lebih baik, dan memungkinkan untuk memberi efek pada masing-masing instrumen. Oke selama 3 hari penulisan ulang komposisi itu akhirnya sei sudah, dan sa su merasakan perih di perut kanan bawah sa, tapi sa tahan. Sa pun meminta koreksi dar Pak Joseph dan Bu Maria, beliau mengatakan bahwa semua su Good To Go! Tong pun sepakat untuk melakukan perekaman pada hari Sabtu & Ahad, tanggal 26 & 27 Maret 2022.

Beberapa hari sebelum perekaman, perut sa semakin perih. Ibu pun menyarankan sa untuk memeriksakan diri, tapi sa katakan sa baik-baik saja. Dan tibalah hari perekaman. Hari Sabtu, 26 Maret, tong mulai perekaman, rehearsal dilakukan satu hari itu, cukup melelahkan. Dan perekaman utama dilakukan di hari Ahad, perekaman dimulai di Katedral Tiga Raja untuk String Section. Sa konduktori sendiri Classiceastique Music Orchestra, suhu badan sa naik, dan beberapa kawan-kawan sa agak pucat hari itu. Sa sendiri telah merekam untuk instrumen Rhodes (dari keyboard sa dirumah, sebagai layer awal). Setelah selesai dan dirasa bagus, tong kembali membawa file rekaman itu ke studio sa (DIANA Studios) di daerah Kamoro Jaya, sekaligus melanjutkan perekaman. Alasan sa dan Angga sebagai producer di projek ini merekam semua secara terpisah, adalah meningkatkan kontrol terhadap setiap instrumen ketika proses mixing & mastering, karna sa berkaca pada proses produksi “Indonesia Pusaka” dimana sa, Siti, Adel dan Irma mengalami kesulitan ketika proses mixing dan mastering.

Di studio semua instrumen sudah siap, termasuk Tifa juga, perkusi khas Papua. Giliran pertama adalah Fitya untuk instrumen Music Box. Masing-masing giliran berjalan lancar termasuk sa pada giliran Piano dan Accordion (bagian Intro), ketika sa lanjut untuk Biola (untuk seksi Bridge), sa su merasakan perih luar biasa, tapi sa berusaha tahan. Ketika sa memulai, entah kenapa sa teringat masa-masa sa di SNEGA, di Lamongan dulu, membayangkan wajah-wajah guru-guru sa dulu, terutama Pak Harto. Di samping itu, sa menahan perih. Di bagian akhir, sa tra bisa menahan lagi, sa tarik panjang, dan akhirnya ambruk dan pingsan. Sa tra tahu lagi apa yang terjadi. Dan sa terbangun di rumah sakit.

Dan ya, kam su tahu ceritanya. Tapi, jang lupakan masalah Tifa. Semua kawan-kawan sa dan anak-anak Anaste fokus pada sa di rumah sakit, dan seakan meninggalkan projek “Terima Kasihku, Guruku” ini. Dan masih tersisa satu instrumen lagi yang belum direkam, yakni Tifa. Tanggal 5 April 2022, beberapa jam sebelum sa di operasi, sa bilang ke anak-anak Anaste: “Tong harus selesaikan ini, apapun yang terjadi!” Sa melanjutkan: “Ryan, Angga, kam dua siap kolaborasi? Aransemen untuk Tifa su siap, itu bagian kam dua. Tolong, buat itu deng rasa tulus dan Cinta. Bismillah.”

Setelah sa operasi sampe sa pulang ke rumah, tra ada yang membahas “Terima Kasihku, Guruku” ini. Ketika sa pulang pada menjelang akhir Ramadan, di ranjang sa su tergelatan flash drive yang ketika sa tancapkan ke MacBook sa, isinya adalah rekaman “Terima Kasihku, Guruku”, pantesan di mobil Angga senyum-senyum tapi ketika sa tanya de jawab: “Tra ada apa-apa, ko tenang saja.” Jujur itu luar biasa, sa sendiri tra percaya tong bisa membuatnya. Dua hari kemudian, sa bersama yang mengajukan proposal sepakat untuk merilisnya tepat pada Hardiknas/Hari Milad Ki Hajar Dewantoro, tanggal 2 Mei 2022. Dan akhirnya sa tanda tangan berita acara perilisan, dan segera dikirim ke Distributor.

Di hari H perilisan yang bertepatan deng hari raya Idul Fitri, dimana sa dan keluarga mudik ke Lamongan, sa mengadakan tasyakuran kecil-kecilan di rumah nenek, dan membagikan sejumlah bingkisan ke tetangga-tetangga sekitar sa. Sa kembali ke Timika 4 hari kemudian. Di hari-hari awal perilisan, statistik memang terlihat mengecewakan, tapi sa b aja. Baru ketika memasuki pekan kedua Mei, banyak sambutan positif dar banyak audiens, sa membaca banyak komentar positif dar kam, para sa pu audiens. Sa sampai bertanya pada Adel, “Del, memang sebagus ini ya?” De jawab: “Itu Rizki dan berkah ko pu, tong buat deng cinta dan itulah hasilnya.” Sa pun bersyukur akan hal itu. Alhamdulillah, komposisi cinta ini berhasil terbang melampaui bintang. Bahkan (meski sa berada di Azerbaijan) di Resso, rilisan ini telah melampaui rilisan milik om yakni “I Have Come Alive”.

Hhh, kini sa mo sharing, value dan cerita dar komposisi itu. “Terima Kasihku, Guruku” ini sa buat ulang deng cinta. Sebuah komposisi cinta, syukur, dan kerinduan pada guru-guru sa yang telah berjasa pada kehidupan sa, yang telah berjasa dalam membentuk diri sa. Jujur, sa rindu deng beliau-beliau ini, para guru sa dar awal. Termasuk juga Ibu, guru hidup sa yang pertama. Beliau-beliau ini telah banyak memberikan makna hidup pada sa. Banyak kenangan yang tra terlupakan bersama beliau. Jikalaupun sa bisa memutar kembali waktu, maka sa ingin kembali ke masa itu.

Sa rindu deng beliau. Kenangan tra terlupakan deng dong semua. Kam yang masih sekolah, sa mohon, hargailah waktu kam pu selama bersama beliau. Meski terkadang ada yang killer, atau tugasnya tra ngotak, tapi beliau sayang kam. Sa yakin ketika kam su pisah dar beliau, kam akan merasakan rindu pada beliau. Rindu masa-masa deng beliau. Hargailah beliau. Beliau akan terus mendoakan langkah kam dalam mengarungi kehidupan, dan tersenyum melihat kesuksesan anak-anak muridnya dulu, tanpa mengharap apapun, sementara beliau akan terus mengajar hal yang sama pada penerus kam. Berbaktilah pada beliau dan orang tua kam, terutama Ibu, maka hidup kam akan bahagia. Kejar impian kam “setinggi langit” dan buat beliau bangga deng kam pu prestasi. Oke?

Semoga single sa “Terima Kasihku, Guruku” dapat menambah rasa syukur kam di hidup ini, akan Nikmat Tuhan yang Dia su Kasih pada kam. Dan semoga Tuhan Melimpahkan Keberkahan pada guru-guru kita, dalam hidup ini. Beliau adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dan

Terima kasih telah membaca sa pu blog ini, sa tau sa jauh dar kata sempurna. Mohon maaf jika ada salah kata, tiada gading yang tra retak. Salaam 🙂

Wa Assalamu ‘Alaykum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Diana Susanti