Assalamu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Timika, 4 Juli 2022 | Oke, sejak sa buka mailbox [email protected] untuk menampung pertanyaan orang-orang mengenai sa (meskipun sebenarnya sa tujukan mailbox itu untuk public relation) sampe salah satu staff sa kerepotan dan melempar email-email tersebut ke sa. Dan sa tara akan balas satu-satu. Kam kebanyakan menanyakan mengenai pribadi sa, bisnis sa (kas sa tulis di sosmed sa, selain musisi, sa juga pengusaha, tapi kam tara pernah paham bisnis apa sa ini) Oke, di postingan ini akan sa jawab sebagian besar pertanyaan. Disclaimer, sa tara akan tampilkan email penanya karna sa hargai privasi kam punya, so ya begitulah. Sekilas postingan ini mirip deng postingan SYO yang menjawab Live Chat Facebook, karna ada juga pertanyaan yang sama dan sa juga mempunyai jawaban yang hampir sama. Oke langsung masuk saja:
P: “Mbak Diana display rilisan milik Ayisha Abdul Basith di profil mbak. Ada apa dengan mbak Diana dan Ayisha? Apakah mbak Diana mau kembali lagi ke Musik Islami dan mulai bernyanyi? Atau akan ada projek kolaborasi antara mbak Diana dan Ayisha di masa depan?”
J: Oke, pertanyaan yang bagus. Sa musisi, dek Ayisha juga musisi. Pada dasarnya, sa memiliki visi yang sama deng dek Ayisha, kami berdua bermusik atas dasar Cinta Ilahi, tapi cara yang kami tempuh berbeda. Pada dasarnya, sa pu Classiceastique adalah terusan dari Spiritique milik om Sami Yusuf, tapi dalam scale yang lebih luas. Itu adalah salah dua dari kesamaan kami berdua. Jujur akhir-akhir ini sa sering mendengarkan rilisan dek Ayisha di Apple Music, dan sa selalu Loop lagunya. Apa yang sa lakukan di profil sa dimana sa unggulkan de di sana adalah bentuk kagum sa pada Ayisha Abdul Basith. Dia anak dari Kerala India, yang mampu bersaing di kancah International bersama sa dan Om Yusuf di Andante Records. Jika ditanya apakah hal ini akan membawa sa kembali ke Islamic Music, untuk saat ini sampe beberapa tahun kedepan, sa tara akan kembali ke sana, karna sa tara nyaman disana, sa lebih baik menjadi diri sendiri sebagai komposer di genre Classiceastique sa pu ini, dan pianist serta konduktor orkestra di Classiceastique Music Orchestra. Untuk pertanyaan apakah ada projek bersama antara sa deng dek Ayisha. Sebenarnya ada beberapa projek dimana kami saling involved. Kami saling membantu satu sama lain, sa bantu de, de bantu sa, bertukar sumber daya, ide dan pikiran, visi serta kepercayaan, serta passion musik. Begitulah sa deng dek Ayisha. Mengenai jalan yang ditempuh berbeda, hanya ada beberapa perbedaan antara sa deng dek Ayisha, sa meramu dan membuat musik sa sendiri, mandiri (dengan label sa sendiri, Anaste Music), berjuang mandiri, dan Timika-based; sementara dek Ayisha pada dasarnya adalah Vocalist, bantuan penuh dari Andante Music, dipenuhi dengan orang-orang berbakat, dan berjuang bersama Andante. Sa harap ini bisa menjawab pertanyaan kam pu.
P: “Mbak Diana kenapa seakan membenci rilisan mbak Diana yang tahun 2020? Apakah ada cerita kelam dibalik itu semua?”
J: Oke, Anda pasti menyadari ini ketika sa memposting di Komunitas YouTube sa ketika tepat anniversarry Because of You yang kedua, dimana yang berbunyi semacam ini:
Jadi begini, rilisan 2020 memang salah satu takdir sa, yang seakan menyadarkan akan satu hal, menjadi diri sendiri. Ya, sa sendiri buat dan perjuangkan itu semua deng cinta. Tapi Wa Allahi, sa tara dapat apa-apa selain nama saja. Sa merasa itu bukan diri sa. Setelah sa memutuskan untuk mengubah jalur sa dari “Penyanyi” menjadi “Musisi Murni” baru sa merasakan kedamaian pada diri sa. Maka dari itu album Classiceastique pertama sa, sa baru judul “New Life” karna itu benar-benar Hidup Baru sa. Single “Alhamdulillah” itu sengaja sa rilis sebagai penutup karier sa sebagai penyanyi, meski sa benci, tapi bagaimanapun itu adalah takdir sa, dan tetap sa syukuri. Beberapa bulan di awal tahun 2021 sebelum album “New Life” itu rilis, kam tara tahu bagaimana sa diguncang deng stress hebat, mempertanyakan kembali apakah sa layak bernyanyi frontal mengenai Kuasa Tuhan tapi sa rasa jauh dari Tuhan. Kesemerawutan yang sa alami itu sa angkat dan gambarkan di komposisi “Thinking In Loneliness” dan “Sometimes Fell” dan kemudian disambung dengan “End of All” dimana sa ingin mengakhiri kepalsuan perasaan sa. Kegembiraan sa baru sa sa angkat dalam “This Morning” dimana meski kini lebih sibuk tapi Cinta Tuhan setiap pagi pada sa dan keluarga sa lebih terasa dan lebih bisa sa syukuri. Sa pun cover beberapa komposisi lagu-lagu nasional pun tara sembarangan, baik dari Azerbaijan dan Indonesia, semua itu adalah ide dan intuisi sa yang dimana komposisi tersebut relate deng intuisi sa. Misal contoh “Sang Pahlawan Hati”, secara pandangan general, itu didedikasikan kepada pahlawan, ya memang. Tapi apakah kam tahu kenapa sa masukkan Syukur disana? Karna itulah intuisi sa. Sa bersyukur hidup di dunia yang damai ini, tapi Gugur Bunga itu sa tujukan kepada Rasulullah Saw dan seluruh sahabat dan keluarga beliau Saw. Maka dari itu, sa juga featured single dek Ayisha yang relate deng beliau, seperti Muhammad Nabina, Aisyah Istri Rasulullah, dan Fathima. Kalo dikatakan benci, bisa dikatakan ya, tapi bagaimanapun itu takdir sa. Sejak sa ubah nama label sa dari ANDA ke Anaste, sa tara akan mo mengingat lagi rilisan 2020. Sa harap itu bisa menjawab pertanyaan kam.
P: “Mbak Diana kan juga Pengusaha, Apakah Mbak Diana punya banyak uang? Dan apakah mbak Diana kini menjadi Milioner?”
J: Selain musisi, sa juga pebisnis. Bakat berbisnis ini diturunkan dar Ibu, dimana Ibu sa sendiri adalah seorang pedagang di Timika sini. Tapi apakah kam tahu bisnis apa sa ini? Pada dasarnya sa adalah pengusaha Cloud Computing, memiliki DS Tech Inc pada awalnya. Itulah penopang kami sampe saat ini, dimana beberapa institusi telah percaya pada sa pu layanan selama beberapa tahun. Tapi ketika itu masuk ke Industri Musik, sa hanya membuat apa yang dikatakan intuisi sa. Ya sa telah sukses menjual lebih dari 700.000 Keping CD di beberapa negara, dan juga telah mengantongi 14,3juta total Streams di berbagai DSP. Tapi, sejujurnya sa tara ada niat untuk mencari keutungan dari sa pu musik. Jika sa pu musik saat ini (mulai tahun 2021) kam terima dan nikmati, sa pun senang. Sa tara mo paksa kam untuk follow, streams ato beli sa pu musik. Sa pun tara mo kam Subscribe YouTube sa, karna jujur bagi sa semakin banyak follower bagi sa adalah semakin besar tanggung jawab. Oke kembali ke Laptop, jikalau pun ada pemasukan dar sa pu musik, sa anggap itu reward dar apa yang sa lakukan untuk berbagi pesan sa kepada kam. Karna sa sendiri berpikir ketika sa berjualan musik, sa semacam menjual Intuisi sa. Jika sa pun dikatakan milioner kini, sa pikir kam terlalu berlebihan, sa memilih untuk sederhana, dan menjadi apa adanya. Musik sa adalah cara sa untuk berbagi cinta sa kepada kam, dan ketika kam merasakan Cinta ini, maka sa merasa misi sa terpenuhi.
P: “Mbak Diana, kenapa mbak Merebranding ANDA Entertainments Records menjadi Anaste Records? Apakah mbak Berpisah dari Yang Membesarkan Nama Mbak?”
J: Oke, semenjak tanggal 20 Maret 2022, secara resmi Anaste Records berdiri, menggantikan merek dagang ANDA Entertainments Records yang sebelumnya. Nama resmi perusahaan adalah PT. Timika ANDA Anaste Musik Cipta. Dari namanya saja mungkin kam berpikir ini adalah anak dari Andante milik om Yusuf, Andante = Anaste. Tapi tidak! Meski secara pelafalan sama, tapi secara maknawi itu berbeda. Meski visi yang kami berdua anut sama di arah yang berbeda, tapi kami berbeda. Oke akan sa ceritakan sedikit kenapa dan bagaimana proses rebranding usaha sa ini. Semua bermula pada saat Indonesia Pusaka rilis, waktu itu kami ada konflik master rekaman dengan Andante meski itu berasal dari ide sa sendiri, tapi memang bisa dikatakan bahwa Indonesia Pusaka adalah kolaborasi sa deng om Yusuf beserta Andante Records yang terbesar. Konflik tersebut membawa banyak kerugian bagi ANDA Entertainments Records. Sampe bulan Februari sa tara bisa menikmati gaji sa sebagai CEO. Pada waktu itu, kam tahu sendiri di postingan sa ini, banyak hal buruk terjadi. Sa pun menghabiskan banyak malam untuk mencari Bantuan Tuhan. Akhirnya intuisi sa dikuatkan, dan juga sa berpikir sejenak. Apa tujuan sa bermusik selama ini, kalo bukan untuk menghidupkan kembali apa yang mati dari budaya kita. Juga untuk menyampaikan Cinta Tuhan pada kam semua. Sa pun memang sejak 2021 memilih jalur yang berbeda. Sa menjadi Musisi murni, tanpa ada vocal (ya meski beberapa kali memakai Paduan suara dari kawan-kawan CMO dan juga dari Ayisha). Sa berpikir lagi apakah nama ANDA Entertainments Records masih relevan untuk nama label sa, yang kini jelas terarah dalam arah musik. Sa ingin membangkitkan nilai esensi musik sebagai salah satu perwujudan cinta Tuhan pada kita semua. Sa pun langsung terpikir nama Anaste, dimana kata tersebut berasal dari Bahasa Yunani yang bermakna “membangkitkan”. Dimana sa pu misi untuk membangkitkan nilai esensial musik sebagai Cinta. Setelah hati mantap deng nama Anaste, sa pun menyuruh staff sa secara rahasia mencari apakah Anaste Records telah didaftarkan atau belum, ada nama lembaga Panti Jompo di Italia yang memilikinya, tapi kami diperbolehkan untuk lanjut. Akhirnya setelah membentuk panitia kecil untuk transisi, setelah rapat beberapa kali, kami secara resmi meluncurkan Anaste Records pada tanggal 20 Maret 2022. Jika kam tanya apa makna Andante, maka in a nutshell, Andante adalah Tempo, partitur kecepatan Nada, 4/3, 4/4 dan semacamnya. Jadi jika kam menganggap Anaste itu memodifikasi Andante, maknanya pun sudah berbeda. Oh iya tagline: “Echoes Towards Singularity” ini bermakna bahwa bahwa musik kami adalah bergema menuju Sang Esa, dan juga berasal dari-Nya. Oke, sekarang paham?
P: “Mbak Diana, kapan rilis Album lagi?”
J: Oke, merancang dan memproduksi sebuah album adalah bukan sesuatu yang mudah. Album harus menyuarakan satu bahasa. Semua harus diawali dengan sebuah ide besar mengenai apa yang mo disampaikan. Sa sendiri kini terus belajar untuk album baru yang Insha Allah jika tara ada halangan, dirilis pada akhir tahun 2023 nanti. Berjudul “Beyond The Universe”, sebuah album Classiceastique Crossover, yang mendeskripsikan Kuasa Tuhan di semesta-semesta ini. Secara general ada dua hal yang melatarbelakangi album ini, yakni pengalaman spiritual serta pengetahuan Sains yang membuktikan kebenaran-Nya. Sa benar-benar ingin album ini luar biasa. Jadi perlu waktu lebih lama dalam produksi. Jadi tetap tunggu ya.
P: “Mbak Diana, apakah mbak ada hubungan dengan Diana Susanti Tunru, Politikus PAN dari Gowa, Sulsel itu? Apakah beliau ibu mbak?”
J: Oke, ada hubungan, yakni saudari se-Adam. Oke serius, tidak ada hubungan sa deng beliau. Sudah. Jelas? Apa lagi? Akhir-akhir ini sa berkonflik deng beliau, ya kam bisa tebak, masalah nama. Sa mendaftarkan nama domain dianasusanti.com ini menjadi awal perkara sa deng beliau. Beberapa kali sa diminta melepaskan domain ini untuk beliau tapi sa tolak, lagipula ini harga diri sa pu. Justru ketika kini beliau bermasalah, orang-orang malah menganggap bahwa sa adalah politikus kotor, padahal sa musisi, sa tara ingin menjadi politikus karna itu dunia gelap. So, sa Diana Susanti, seorang musisi asal Kota Emas, Timika. Sa berjuang untuk perdamaian dan Cinta. Karna inilah sa #ItsMeDianaSusanti. Next question …
P: “Apakah benar ada yang berusaha menjauhkan mbak dari sorotan? Jika ada, siapa?”
J: Hmm, hidup sa memang banyak hatters bar-bar yang bahkan beberapa diantara mereka ingin melenyapkan sa. Sa sendiri berusaha berlindung kepada Sang Kuasa dar keburukan yang mereka ciptakan untuk sa, dan Alhamdulillah sampe hari ini, sa masih diberi kesempatan hidup. Dan sebagai langkah preventif, keluarga sa melarang sa tampil secara visual di depan publik di dunia maya, selain hanya media Photo. Ada beberapa fans om Yusuf yang membenci sa, sa tahu itu. Tapi kam tara tahu apa yang sa alami dalam perjuangan ini. Kam tara sekuat sesakit sa. Hanya itu yang sa ingin katakan pada kam semua, tapi sa syukuri karna semua ini adalah takdir.
P: “Mbak Diana, Kapan Nyanyi Lagi?”
J: Hmm, kapan ya? Ada beberapa alasan sa berhenti menyanyi sampe saat ini, dan hanya menjadi komposer dan multi-instrumentalis untuk saat ini. Salah satu alasannya adalah mengubah pola pikir. Sa ingin orang berpikir, bukan hanya berpangku tangan pada lirik. Lagu hanya 4 hingga lima bait puisi yang dimusikalisasi menurut sa. Meski sa juga sering mendengarkan lagu, tapi ketika itu datang ke musik sa, sa ingin orang berpikir dan merenungkan pesan tersembunyi yang sa berusaha sampaikan di musik-musik sa saat ini. Jadi untuk saat ini, sa tara mo menyanyi. Oke?
P: “Apa mbak Diana dipengaruhi Sami Yusuf?”
J: Tentunya. Beliau adalah salah satu inspirasi dan guru terbesar sa, seperti yang sa katakan sebelumnya, Classiceastique, adalah terusan dari Spiritique, dalam scale dan gaya yang sa punya. Tapi kam harus tahu bahwa bukan hanya om Yusuf saja, native sa sebagai anak Papua-Keturunan Jawa, juga Pak Joseph, juga mempengaruhi gaya bermusik sa. Juga masa lalu sa dimana sa pernah dengan Hamza Namira, Maher Zain, dan Raef juga mempengaruhi dan membentuk gaya bermusik sa ini. Tapi ada 3 orang yang mempengaruhi dan membentuk gaya bermusik sa sampe saat ini, yakni Pak Joseph, Sami Yusuf, dan Hamza Namira. Disamping sa juga dipengaruhi oleh diri sendiri dimana sa adalah seorang ENFP-A yang riang. So, begitulah anak-anak, sa pu Classiceastique dan sa #ItsMeDianaSusanti.
P: “Mbak Diana juga suka bermain Video Game?”
J: Seperti yang kam tahu sebelumnya, sa penggemar Game besutan Rockstar semacam GTA, RDR, dan Max Payne. Kalo sa ada waktu yang benar-benar senggang, sa kadang main. Oke?
P: “Mbak Diana suka mendengarkan lagu apa?”
J: Pertanyaan yang bagus, oke, sa suka pertanyaan ini. Dalam mendengarkan lagu, sa tara pernah membatasi diri sa mo mendengarkan lagu model semacam apa. Pop bisa, Spiritique bisa, Klasik bisa, Jazz bisa, Dangdut bisa (meskipun yang ini sangat jarang), Rock juga bisa, sampe Hip-Hop dan Rap semacam Shine of Black sa bisa. Asalkan mewakili perasaan sa ketika sa mendengarkannya. Untuk akhir-akhir ini (Mei – Juni 2022) sa sedang mengeksplor single dari dek Ayisha Abdul Basith, yang sa putar secara loop, untuk menganalisis instrumen dan kedalaman instrumentalnya. Juga kini sedang mengeksplor di ranah sa di Andante, dimana sa kini lebih sering mendengarkan rilisan anak-anak Andante lainnya, semacam Al Marashli Ensemble, Mevlan Kurtishi, Nabyla Maan, dan Muhammad Jaberi (File rekaman lokal). Aneh ya? Biasanya orang mendengarkan dek Ayisha untuk rileks, sa malah tanggapi serius, aneh ya? Bukan semacam itu, jadi sa menganalisisnya karna sa adalah instrumentalis saat ini. Kadang sa juga mendengarkan kembali komposisi sa punya, ya hanya untuk rileks. Untuk Pop sa suka banyak artis semacam BCL, kak Tiara Andini, kak Brigita (Idgitaf), dan Utopia (Indonesia Band). Sa tara batasi diri sa dalam mendengarkan musik. Kam pikir karna sa musisi dan komposer Klasik, sa hanya akan mendengarkan musik Klasik saja? Ndak, sering memang mendengarkan semacam Mozart, Beethoven, Bach, ataupun Klasik Modern semacam Hans Zimmer dan Jennifer Thomas, tapi sa tara akan mo membatasi diri sa. So begitulah anak-anak, kam bisa sedikit mengetahui gambaran pribadi sa macam apa. Next …
P: “Mbak kata mbak kelahiran Papua, tapi kenapa mbak tidak semacam orang Papua kebanyakan? Dan kenapa mbak tidak membuat musik yang menggunakan instrumen khas Papua?”
J: Agak rasis tapi sa juga harus meluruskan ini. Sa bangga sa dilahirkan dan besar di tanah yang di berkahi ini. Tapi, karna sa sendiri memiliki latar belakang keluarga Jawa. Ibu sa dari Lamongan dan Ayah dari Surakarta. Sa lahir di Timika pada hari Ahad tanggal 6 April 2003 atau tanggal 3 Safar 1424. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh Ibu. Memang sa tinggal di lingkungan yang mayoritas dihuni oleh Masyarakat Jawa, meskipun begitu, di Kampong sa tinggal ini, bisa dikatakan sangat beragam. Orang dari berbagai latar belakang dan suku hidup bersama disini. Semua hidup bersama secara damai, jarang terjadi konflik yang berarti, ya mungkin konflik “rasan-rasan (Ghibah/Gosip)” antar tetangga, itupun masih rukun. Sa pun dari awal telah berbaur dengan mereka semua, hampir dengan berbagai Agama juga, tapi sa dididik oleh Ibu yang religius. Kam mungkin sudah membaca Biografi sa. Nah disana musik sa memainkan rolenya sebagai penyatu, karna itulah salah satu esensi musik sa, menyatukan perbedaan. Alasan sa kenapa jarang memakai instrumen tradisional Papua, adalah karna sa ingin musik sa universal, dan musik klasik adalah medium yang tepat ada ditengah-tengah semua itu. Meskipun begitu, sa mulai menggunakan Tifa juga di beberapa projek sa saat ini, diantaranya di “Terima Kasihku, Guruku”. Jadi sa selalu mencari jalan tengah juga untuk hal musik sa. Sa bangga, sa lahir dan hidup di Papua, disaat yang sama sa bangga sa adalah orang Jawa, dan sa juga bangga sa juga seorang Muslimah. So, itulah.
P: “Apa makna berhijab bagi Mbak Diana?”
J: Hijab adalah bagian hidup yang esensial bagi seorang Muslimah, yang itu menurut sa wajib, Rasulullah sendiri menekankan setiap Muslimah untuk menutup tubuhnya. Bagi sa hijab adalah identitas setiap Muslimah. Sa mulai berhijab pada umur 13 tahun (untuk keseharian), mulai ketika sa Baligh. Dan terus memakainya sampe sekarang dan nanti. Memakai hijab, sa tahu maksud Anda adalah kerudung (meski sa tahu maknanya lebih dari itu), secara benar dan syar’i itu sudah menjadi bagian dari hidup sa sehari-hari. Sa memakai hijab bukan untuk pencitraan, ini sudah menjadi bagian dari sa. Sa tara ingin membranding diri sa deng #Hijabi ataupun #Muslimah karna menurut sa ini kewajiban dan kebutuhan. Jadi meski sa tara lagi di Islamic Music, memakai hijab akan terus sa lakukan.
P: “Apa kata mbak mengenai Musik Islami hari-hari ini?”
J: Sa tara mo berkomentar, maaf. Sa nyaman di Classiceastique kini. Next …
P: “Mbak Diana menurut saya berbeda dari musisi indie lainnya, mbak kelihatan professional dengan rilis terstruktur dan cantik, mbak Diana sudah berapa lama bermusik?”
J: Hmm, ya. Karna sa bermusik sejak sa sekolah dasar, mulai dapat panggilan itu mulai tahun 2014, dan masuk ke industri musik mulai tahun 2018, meski baru benar-benar masuk industri pada tahun 2020. Hmm, begini, misalnya ya mengenai Artwork design dari rilisan sa. Sa sendiri tara mo rilisan sa covernya terlihat buruk, sa ingin keindahan dan makna dari setiap rilisan. Bisa saja sa menggunakan PicsArt ataupun Canva. Tapi itu akan mengurangi estetika dari artwork, jadi sa pun memilih designer yang bisa minimal CorelDRAW. Masalah lainnya adalah urusan link-menglink. Jadi disini begini, sa baru saja membeli domain dican.to untuk bisa tong modif menjadi lnk.dican.to. Kenapa dican bukan Diana Susanti? Pertama ini singkat. Kedua, ini nama Imut sa, Diana Susanti menjadi dican. Makanya username IG dan Twitter sa adalah dican (bukan bermakna Diana Cantik, tapi Diana Susanti, DIana suSANti, S sa ganti deng C, supaya lebih imut). Jadi begitu, sa ingin professional dalam bermusik, apalagi menjadi bagian dari label besar, masa masih begitu2 saja.
P: “Oh iya mbak Diana, bisa Jelaskan makna Simbol yang mbak pakai belakangan yang seperti bunga itu?”
J: Nanti sa buat satu artikel khusus untuk itu. Tapi sedikit overview ya. Logo yang kam lihat pada saat kam buka situs sa ini, yang ada di pojok kiri atas situs ini dan yang menjadi watermark sa di platform video sa itu memiliki nama: “The 8 Heavens Love”. Simbol tersebut di desain oleh Angga Bassoni Al Barkah dalam memahami kepribadian sa. Setiap dari kami punya simbol pribadi. Misal Angga punya simbol pribadi bernama “The 6 Andante Pillars”; Ayisha punya simbol yakni namanya yang ditulis dalam aksara Arab yang dikaligrafikan; om Yusuf kam tahu sendiri tapi sa tara tahu apa namanya, bertuliskan SY yang dikaligrafikan dengan gaya Chinese (padahal aslinya kan Azeri, haduh); dan sa sendiri “The 8 Heavens Love”. Masing-masing punya makna, sa pu, Ayisha pu, Angga pu, om Yusuf pu, semuanya punya makna yang menggambarkan visi dan kepribadian si pemilik.
Semuanya mistik dan dalam maknanya. Tapi nanti sa akan buatkan artikel khusus untuk simbol-simbol ini.
Oke sa pikir cukup dulu ya, nanti akan ada part kedua, ini saja sa dan Staff sa dek Siska masih belum sei pilah semua pertanyaan sa yang masuk ke sa pu mailbox. Untuk sementara ini yang bisa sa jawab.
Terima kasih telah mampir dan membaca postingan ini. Tiada gading yang tara retak. Semoga Tuhan Memberkahi kam semua. Salaam
Wa Assalamu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.