#TanyaDiana 001: “Bisakah mbak Diana Menjelaskan Keluarga dan Latar Belakangnya?”

Assalamu ‘Alaykum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Mimika, 14 Juli 2021 | Kemarin, saya telah sedikit menyinggung latar belakang saya, mengenai keluarga saya. Sangat sedikit sumber yang menyebutkan mengenai keluarga saya, karena saya sebenarnya tak ingin media terlalu mengekspos kehidupan pribadi saya. Tapi, masih ada saja yang kepo dengan keluarga saya. Ada beberapa orang yang masih penasaran dengan keluarga saya. Dan bagaimana dukungan mereka kepada saya dalam kehidupan sehari-hari saya. Oke, fine, saya akan menjawab hal itu. Postingan ini akan mengawali sesi #TanyaDiana yang nantinya akan menjawab beberapa pertanyaan kalian dari sudut pandang saya. Mungkin sesi #TanyaDiana mirip seperti sesi QnA with Sami Yusuf, tapi saya tegaskan bahwa ini akan berbeda. Saya akan memilih pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya. Jadi, mungkin akan juga sedikit menyinggung mengenai kehidupan pribadi saya, hubungan saya, dan pikiran saya. Oke, langsung saja.

Sebelumnya, saya sebenarnya tak mau menjelaskan hal ini, karena lagi-lagi ini adalah privasi saya. Dan dari awal, privasi saya adalah keamanan saya. Tapi, disini saya ingin membuat kesepakatan dulu dengan kalian. Saya tak akan menyebut alamat saya secara terperinci, nama orang tua saya, dan nama lembaga pendidikan saya secara terperinci. Karena ini karena permintaan mereka, untuk tetap dijunjung privasinya. Jujur, sebelum saya menulis postingan ini, saya sempat bertanya kepada Ibu, beliau mengizinkan meski beliau melarang saya untuk menyebut hal-hal sensitif yang berpotensi untuk mengancam keamanan keluarga saya. Kalian setuju? Kalau kalian setuju, mari lanjutkan. Tapi, saya akan tetap memberikan penjelasan secara terperinci tanpa melewati batas-batas tersebut.

Kalian semua pasti sudah tahu, bahwa saya adalah gadis berusia 18 tahun. Lahir di kota Emas di ujung timur Indonesia, Timika, pada tanggal 6 April 2003. Dari nama saya, kalian pasti sudah menduga kalau saya adalah seorang keturunan Jawa, dan memang benar. Latar belakang orang tua saya adalah dari Jawa. Ayah saya sendiri adalah orang Surakarta, sementara Ibu, adalah asli orang Lamongan. Lamongan? Ya, Lamongan, Jawa Timur, kota yang terkenal dengan klub sepakbolanya, Persela, dan dengan Sotonya yang memiliki kaldu yang super gurih. Jadi, jika kalian dari Jawa Timur, kalian adalah saudara saya, tapi semua orang saya anggap sebagai saudara dan satu keluarga besar. Saya besar di Timika bersama Ibu. Ibu sendiri sudah tinggal di Timika, sejak tahun 2000-an. Ibu saya sendiri adalah seorang pedagang. Memiliki sebuah toko yang sudah terkenal di daerah kami. Ibu adalah seorang yang religius. Tumbuh bersama Ibu, yang religius, di lingkungan yang sangat beragam. Masa kecil saya habiskan separuh di Timika. Di lingkungan yang beragam itu, ada orang asli Papua, ada pendatang, bahkan ada diaspora, membuat saya memiliki pergaulan yang bebas dan terbuka. Menerima semua orang, dan menghargai perbedaan yang ada, meski masih menjunjung nilai-nilai Islam pada diri keluarga saya.

Seperti yang kalian telah baca di postingan saya sebelumnya, saya sudah tertarik dengan musik sejak masih di Timika. Sejak masih SD, musik seperti sudah menjadi bagian dari diri saya. Ibu bagaimanapun tetap mendukung saya. Saya sendiri ingat dulu waktu saya masih di Timika, Ibu pernah menabung untuk membelikan saya keyboard, tapi saya bilang itu belum perlu, karena saya masih bisa belajar bermain piano dari keyboard yang ada di sekolah dasar saya. Karena saya sangat memahami pada waktu itu, keadaan di toko kami lagi kurang beruntung, tapi Ibu sangat memperhatikan minat saya dalam bermusik. Tapi karena saya merasa sangat kasihan, saya merasa enggak enak menyusahkan beliau. Semenjak itu, saya sendiri mulai menabung sendiri untuk membeli keyboard. Pada tahun 2014, saya pindah ke Lamongan, Jawa Timur, karena Ibu ingin saya mengenal lebih jauh dengan keluarga besar saya di Lamongan. Ayah saya pun tinggal di Lamongan, bekerja sebagai petani di sawah milik keluarga, bersama paman saya. Pindah ke Lamongan, saya yang memang sangat supel dan ramah, mampu beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan desa dimana saya tinggal itu. Saya akan sebutkan kecamatan dimana saya tinggal. Saya dulu tinggal bersama ayah dan keluarga besar saya di rumah nenek yang terletak di Kecamatan Bluluk, Lamongan. Bluluk, ya, Bluluk. Makanya orang yang baru mengenal saya pasti akan langsung menduga saya adalah ‘wong kulonan (orang barat)’ Lamongan. Dengan kultur perdesaan yang masih lumayan tradisional tapi lumayan maju dan modern. Sa dalam waktu cepat, memiliki banyak teman.

Di tahun 2015, sa ingat di ulang tahun saya, saya akhirnya dibelikan keyboard oleh Ibu dan Ayah. Saya sangat senang sekali waktu itu, akhirnya saya bisa belajar musik sendiri dan lebih dalam. Karena di SD saya di Lamongan ini belum punya keyboard waktu itu. Setiap pulang sekolah, saya belajar not-not baru. Dan waktu pun berlalu. Sampai pada saat SMP. Saya bersekolah di SMP Negeri di kecamatan sebelah, Ngimbang. Karena posisinya lebih dekat dengan rumah nenek yang saya tinggali. Karena posisi SMPN 1 Bluluk waktu itu terlalu jauh dari desa saya, akhirnya saya bersekolah di SMP Negeri di kecamatan Ngimbang, yang tentunya lebih dekat. Lagipula banyak teman saya yang juga bersekolah disitu. Hari-hari saya habiskan di sana bersama teman-teman saya, dan keluarga besar saya meski tanpa Ibu. Mereka menyayangi saya sepenuh hati, dan memperlakukan saya seperti anak emas keluarga.

Seperti yang kalian ketahui, bahwa pada bulan Mei 2018, setelah saya lulus dari SMP saya, saya pindah ke Timika, dan menetap di sini bersama Ibu. Di Timika, seperti yang kalian ketahui, saya belajar musik ke komposer-komposer gereja, biasanya saya lakukan di akhir pekan, saat saya gak ada bimbel. Ibu sering mengantarkan saya ke sana, ke rumah Pak Joseph, ke Gereja, dan ke rumah Pak Phillipus untuk belajar musik. Ibu selalu mendukung setiap langkah saya. Di samping saya belajar musik, seperti anak-anak SMA lainnya, menikmati masa muda sudah tentu saya jalani. Ibu adalah seorang yang lagi-lagi terus mendukung saya di setiap langkah. Oh iya, disamping saya pemusik, dari latarbelakang Ibu saya yang seorang pedagang, saya juga mempelajari dunia bisnis dan manajemen. Ibu sudah seperti matahari di hidup saya. Orang yang paling berjasa dalam karir saya selama ini adalah beliau. Nasihat-nasihat beliau selalu menuntun langkah saya dalam karir saya.

Terus, ada yang bertanya, “mbak Diana, kenapa mbak Diana hanya menunjukkan diri sendiri, tapi orang-orang dibelakang mbak, apalagi Ibu mbak yang kata mbak paling berjasa gak pernah mbak tunjukkin ke publik?”. Well, keluarga saya seperti permata untuk saya, sebuah anugerah Tuhan. Memiliki keluarga yang senantiasa mendukung langkah kita, siapa sih yang tidak bahagia. Dan untuk membalas itu, salah satu hal yang saya lakukan adalah tidak terlalu mengekspos kehidupan pribadi saya, termasuk keluarga saya ke publik. Kalau Om Yusuf memiliki alasan hanya Privacy, sebenarnya saya juga memiliki alasan yang sama, namun ada hal lain yang menjadi alasan saya. Selain privasi, kalian tahu, tinggal di Papua, orang pendatang (meski saya kelahiran sini), memiliki resiko yang tinggi. Btw, saya pernah hampir ditembak oleh orang tak dikenal, karena memang waktu itu, hal-hal yang sebenarnya masuk ke ranah kehidupan pribadi saya, sedikit saya umbar di media sosial. Ada beberapa pihak yang tidak menyukai saya, dan menginginkan saya untuk terbunuh. Waktu itu, saya ingat banget bagaimana kecemasan Ibu. Setelah kejadian itu, saya dinasehati oleh beliau untuk tidak terlalu menunjukkan hal-hal yang memungkinkan orang untuk melacak saya ada dimana. Termasuk perihal foto, saya dinasehati untuk tidak terlalu menunjukkan dimana lokasi saya. Maka dari itu, banyak yang bertanya kepada saya, kenapa kebanyakan foto saya berkualitas rendah, well itu karena masalah tadi, supaya menyulitkan orang untuk melacak saya.

Lagi, banyak orang yang meminta nomor WhatsApp saya. Jujur, saya harus katakan. Saya tidak akan memberikan nomor WhatsApp atau nomor kontak saya (selain kontak bisnis) ke orang yang diluar keluarga, teman-teman terdekat, dan mitra-mitra bisnis yang saya percayai. Dan jangan berharap untuk bisa melakukan panggilan baik itu hanya suara ataupun video, karena saya khawatir, itu akan melacak lokasi saya. Lagipula, saya tidak ingin mengumbar keluarga saya ke publik karena menjunjung privasi mereka, dan membiarkan kami hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai orang biasa.

Buat apa sih, mengumbar banyak kehidupan pribadi ke ranah publik? Buat like, komentar, atau share, atau lagi untuk endorse? Meski saya Ekstrovert, tapi karena saya taat kepada Ibu saya, saya tak mau lagi mengumbar kehidupan pribadi saya ke publik. Kami ingin hidup damai, tanpa adanya gangguan dari media. Kami tak ingin kehidupan pribadi kami diusik oleh masyarakat. Ada hal gak penting dikit, masuk !nsertLive, masuk akun-akun gosip di Instagram. Mungkin kalian suka banget hal-hal itu, kalian tak tahu bagaimana perasaan mereka. Sebenarnya, saya sendiri punya akun di Facebook dan Instagram. Selain dican_adcorptimika yang kalian tahu, ada satu lagi akun Instagram saya, tapi jikalaupun menemukannya, kalian tak bisa melihat apa-apa karena saya private. Yang pasti bukan diana_susanty, bukan, saya bukan orang itu. Jangan percaya lagi apa yang di Musicbrainz itu, bullshit semua itu. Untuk akun Facebook saya sendiri, kalian akan kesulitan dalam menemukannya, karena saya tidak menggunakan nama asli saya sebagai username Facebook itu. Kalian tidak pernah menyangka saja, namanya siapa, akan jauh berbeda dari nama asli saya, Diana Susanti. Yang pasti bukan akun Facebook yang bernama Diana Susanti yang ini lho ya. Saya bukan orang itu.

Mereka ini bukan saya, lagipula pacar saya bukan itu.

Di Instagram pribadi saya, saya selalu mengganti username setiap dua pekan sekali supaya sulit ditebak. Kedua akun saya itu, hanya benar-benar diketahui oleh orang-orang terdekat saya, keluarga, teman-teman saya, dan rekan bisnis saya. Meski, saat ini ANDA Entertainments Records membuatkan satu halaman Facebook untuk saya, dan saya di add sebagai administrator di Fanpage itu. Fanpage Facebook saya bisa diklik disini, ya meskipun belum ada apa-apanya. Untuk Instagram, silahkan ke akun kantor saya, dican_adcorptimika, itu akun saya meski bukan yang utama.

Hal-hal itulah yang saya junjung ketika saya harus mendeskripsikan keluarga saya. Privasi mereka, privasi saya pribadi, dan privasi teman-teman saya, menjadi prioritas saya ketika masalah publikasi suatu konten. Selanjutnya, ada pertanyaan yang diajukan oleh salah satu audiens saya, mengenai kenapa tidak video yang mendokumentasikan diri saya di internet. Saya angkat jawab hal itu, di #TanyaDiana bagian 2, mengenai alasan saya mengapa saya tidak pernah ada dalam satu video di internet.

Saya harap kalian mengerti jawaban panjang yang saya berikan diatas. Semua saya usahakan untuk supaya tidak ada suudzon diantara kita. Tiada gading yang tak retak. Terima kasih telah membaca. Tetap jaga kesehatan, Semoga Allah Memberkati dan Melindungi kita selalu. Aamiin.

Wa Assalamu ‘Alaykum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Diana Susanti